Model Pembelajaran Individual
A.
Pembelajaran
Individual
Menurut
duane (1973) pengajaran individual merupakan suatu cara pengaturan program
belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang
disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya dibawa
bimbingan guru. Pembelajaran Individual atau Pengajaran Perseorangan merupakan
suatu strategi untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa
sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak dari pada yang dapat
diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok
siswa yang besar
Adanya
perbedaan individual menunjukkan adanya perbedaan kondisi belajar setiap orang,
agar individual dapat berkembang secara optimal dalam proses belajar diperlukan
orientasi yang paralel dengan kondisi yang dimilinya dituntut penghargaan akan
individualitas. Dalam pengajaran beberapa perbedaan yang harus diperhatikan,
yakni:
1. Perbedaan
umur
2. Perbedaan
intelegensi
3. Perbedaan
kesanggupan dan kecepatan
4. Perbedaan
jenis kelamin
Perbedaan
individual tersebut harus mendapat perhatian guru agar berhasil dalam pemberian
pembelajaran kepada siswa. Untuk mengetahui itu guru harus mengenal perbedaan
yang ada pada siswa, antara lain dengan cara tes, mengunjungi rumah orang tua
siswa, sosiogram, dan case studi.
B.
Model-Model
Pembelajaran Individual
1.
Model
Pembelajaran Non-Direktif
Model
Pengajaran Non-Direktif didasarkan kepada penelitian dari Carl Roger dan para
penyokong lain dari kaunseling bukan-direktif. Rogers memperluaskan pandangan
terapinya sebagai suatu model pembelajaran bagi pendidikan. Beliau percaya
bahawa hubungan manusia yang positif akan memberikan kesempatan luas bagi
sumber manusia untuk berkembang, dan oleh karenanya, instruksinya harus lebih
didasarkan kepada konsep hubungan sumber manusia berbanding kepada konsep
masalah subjek, proses berfikir, ataupun sumber-sumber intelektual lain.
Hebatnya guru dalam pengajaran bukan-direktif adalah pada peranan guru tersebut
sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan perkembangan pelajar. Didalam peranan
ini, guru akan membantu pelajar untuk mencari idea-idea baru tentang
kehidupannya, baik yang berkaitan dengan sekolah mahupun dalam kehidupannya
sehari-harian. Model ini beranggapan bahawa pelajar perlu bertanggungjawab atas
proses belajarnya dan kejayaannya sangat bergantung kepada keinginan pelajar
dan pengajar untuk berkongsi idea secara terbuka dan berkomunikasi secara jujur
dan terbuka dengan orang lain.
a)
Syntax
Syntax menjelaskan mengenai
langkah-langkah yang harus diambil dalam penerapan model pembelajaran dalam hal
ini adalah model pembelajaran nondirektif. Terdapat lima langkah pada model
pembelajaran nondirektif: 1) identifikasi situasi pertolongan, 2) eksplorasi
masalah, 3) pengembangan wawasan, 4 perencanaan dan pengambilan keputusan, dan
5) integrasi (Bruce, Marsha, Emily; 24). Pada langkah pertama, identifikasi
situasi pertolongan. Dalam tahap ini guru mengembangkan keterampilan untuk
menyusun pernyataan-pernyataan tentang kebebasan siswa untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan. Keterampilan menanggapi komentar siswa merupakan hal penting
dalam pembelajaran nondirektif. Keterampilan dalam pembelajaran mengarah kepada
perilaku khusus guru supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan
lancar. Prinsip pembelajaran nondirektif mengambil dan menggunakan sejumlah
keterampilan dari kegiatan konseling nondirektif. Jadi guru mempunyai
keterampilan menanggapi komentar siswa sesuai dengan prosedur yang berlaku pada
prosedur konseling nondirektif.
Langkah kedua, eksplorasi masalah. Pada
tahap ini guru melalui klarifikasi dan sikap penerimaannya mendorong siswa
untuk mengungkapkan perasaan baik yang positif maupun negatif. Langkah ketiga,
pengembangan wawasan. Pada tahap ini siswa mendiskusikan masalah dan guru
mendukung siswa dalam pengungkapan perasaan. Langkah keempat, perencanaan dan
pengambilan keputusan. Pada tahap ini siswa merencanakan pengambilan keputusan
awal. Guru memberikan klarifikasi keputusan-keputusan yang mungkin dapat
diambli siswa. Langkah kelima, integrasi. Pada tahap ini siswa mendapatkan
wawasan lebih jauh dan mengembangkan tindakan-tindakan yang lebih positif. Guru
mendukung tindakan yang diambil siswa.
Rangkaian kegiatan pembelajaran
nondirektif dapat berlangsung dalam satu sesi, biasanya lebih dari satu.
Berikutnya, fase satu dan dua dapat terjadi dalam sejumlah diskusi pertama,
fase tiga dan empat berikutnya, dan fase kelima pada wawancara terakhir. Atau
jika pertemuan mencakup pertemuan suka rela dengan siswa yang mempunyai masalah
segera, fase satu hingga empat dapat terjadi hanya satu kali pertemuan, dengan
siswa kembali secepatnya untuk melaporkan tindakan dan wawasannya. Sebaliknya,
sesi itu mencakup negosiasi kontrak akademik berlangsung selama beberapa waktu,
dan kontek setiap pertemuan mencakup perencanaan dan pengambilan keputusan,
meskipun sejumlah sesi dicurahkan seluruhnya untuk mengeksplorasi masalah yang
mungkin saja mucul (2007:323)
b)
Sistem
Sosial (Social System)
Pada pembelajaran nondirektif sistem
sosial (2007: 323) mensyaratkan guru bertindak sebagai fasilitator dan
reflektor, sedangkan siswa utamanya bertugas untuk memulai dan menjaga proses
interaksi; otoritas dibagi bersama antara siswa dan guru. Norma sosial yang
berlaku adalah keterbukaan dalam mengungkapkan perasaan dan otonomi pemikiran
dan perilaku. Pola penghargaan dan hukuman tidak berlaku dalam model
pembelajaran nondirektif. Dalam pertemuan atau wawancara dengan siswa
penghargaan bersifat subtil dan intrinsik – seperti menerima, memahami, dan
empati dari guru. Pengetahuan diri sendiri dan penghargaan psikologis diperoleh
dari kemandirian-diri timbul dari kepribadian siswa.
c)
Tanggapan
Utama (Priciples of Reaction)
Prinsip dalam menanggapi proses
pembelajaran di kelas, model pembelajaran nondirektif bersikap menerima dan
mendukung perasaan dan pemecahan masalah yang dimiliki siswa. Dengan demikian,
guru berupaya untuk membawa siswa kepada penyelidikan pada hal-hal yang sedang
dihadapi. Guru terus mendekati siswa untuk memahami dan membantu menyelesaikan
permasalahan, bersikap empati dengan permasalahan dan kepribadian siswa. Reaksi
guru menunjukkan upaya membantu siswa mendefinisikan masalah dan perasaan
mereka, bertanggungjawab atas tindakan mereka, dan merencanakan sasaran dan
bagaimana mencapainya.
d)
Sistem
Pendukung (Support System)
Sistem pendukung dalam pembelajaran
nondirektif mensyaratkan guru untuk dapat memberikan tempat khusus untuk
melakukan wawancara dengan siswa atau dapat menyediakan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran.
Sistem pendukung model pembelajaran
nondirektif bervariasi mengikuti fungsi wawancara dalam pelaksanaan di kelas.
Jika pertemuan guru dan siswa itu berkenaan dengan masalah penetapan kegiatan
akademik maka guru harus menyediakan atau tersedia di kelas sumber dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang diarahkan
oleh tujuan siswa sendiri. Jika permasalahan yang timbul berkaitan dengan
perilaku siswa, maka guru harus berupaya menyelesaikan permasalahan tersebut
bersama siswa. Oleh karena itu dalam permasalahan kurikulum mata pelajaran yang
terkait, guru harus dapat menyediakan serangkaian materi yang memadai untuk
kegiatan belajar aktif dan ditentukan oleh siswa.
Model pembelajarn nondirektif suatu
model yang mengembangkan kemampuan hubungan pribadi yang konsultatif antara
guru dan siswa. Pendekatan itu menarik untuk diteliti sebagai upaya untuk
meningkatkan prestasi dan keaktifan belajar siswa. Maka, perlu diteliti apakah
model pembelajaran nondirektif dapat mengupayakan peningkatan prestasi dan
keaktifan belajar siswa.
2.
Model
Pembelajaran Synectics
Istilah synectics diambil dari bahasa
Yunani, yang merupakan gabungan kata syn berarti menggabungkan dan ectics
berarti unsur yang berbeda. Dalam dunia keilmuan, synectics biasanya
berhubungan dengan kreativitas dan
pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengan dinamik kelompok dalam
latihan berfikir. Pada awalnya, synectics dikembangkan dalam dunia industri
namun dalam perkembangannya ternyata berjaya diterapkan dalam dunia pendidikan
dan dikenali sebagai salah satu model pembelajaran yang berkesan untuk mengembangkan
kreativitas.
a)
Sintaks
Unsur kegiatan atau sintaksis merujuk
pada rincian atau tahapan kegiatan model sehingga fase-fase kegiatan model
tersebut teridentifikasi dengan jelas. Unsur kedua pembangun model sinektik ini
adalah proses belajar mengajar sebagai struktur model pembelajaran.
Ada dua strategi dari model pembelajaran
sinektik, yaitu strategi pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru
(creating something new) dan strategi pembelajaran untuk melazimkan terhadap
sesuatu yang masih asing (making the strange familiar). Kedua strategi dari
model pembelajaran sinektik dapat dilihat pada tabel berikut.
b)
Prinsip
reaksi
Prinsip Reaksi merujuk kepada respon
guru terhadap pelajarnya. Diharapkan guru menerima semua respon pelajar dalam
apapun bentuknya dan menjamin bahawa hal tersebut seolah-olah merupakan
ungkapan kreatif pelajar, akan tetapi melalui pertanyaan evokatif, guru dapat
merangsang lebih lanjut kemampuan berfikir kreatifnya;
c)
Sistem
sosial
Sistem sosial mendeskripsikan peranan
dan hubungan antara guru dan pelajar serta mendeskripsikan jenis norma yang
disarankan. Sistem sosial dalam synectics terstruktur secara sederhana, yang
dalam praktiknya berupa guru mengawal dan mengarahkan pelajar untuk memecahkan
masalah melalui analogi, mengembangkan kebebasan intelektual, dan
memberikanhadiah yang nantinya akan menjadi kepuasan dalaman pelajar yang
diperoleh dari pengalaman belajar;
d)
Sistem
pendukung
Sistem Pendukung mengacu pada keperluan
yang diperlukan untuk implementasi. Sistem pendukung dalam kegiatan synectics
terdiri dari pengalaman guru tentang kegiatan synectics, lingkungan yang
nyaman, makmal, atau sumber belajar lainnya.
3.
Model
Pembelajaran Latihan Kesadaran (Awareness Training)
Model ini mempakan suatu model
pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan
oleh Milliam Schutz. la menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai
sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman diri individu). Mengapa
demikian? Karena ia percaya bahwa ada empat tipe perkembangan yang dibutuhkan
untuk merealisasikan potensi individu secara utuh, yaitu: (1) fungsi
tubuh, (2) fungsi personal, termasuk di
dalamnya akuisisi pengetahuan dan pengalaman, kemampuan berpikir logis dan
kreatif dan integrasi intelektual, (3)
perkembangan interpersonal dan (4)
hubungan individu dengan institusi-institusi sosial, organisasi sosial dan
budaya masyarakat.
Kunci utama prosedur pengajaran model
ini didasarkan atas teori encounter. Teori ini menjelaskan metode untuk
meningkatkan kesadaran hubungan antar-manusia yang didasarkan atas keterbukaan,
kejujuran, kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap perasaan diri
sendiri atau orang lain, dan berorientasi pada kondisi saat ini.
a)
Sintak
Jarang ada struktur yang jelas untuk
menghadapi sesi kelompok, mereka umumnya terdiri dari dua tahap: pertama,
berpose dan menyelesaikan tugas dan kedua, membahas atau menganalisis tahap
satu.
Fase
satu
1) Menyampaikan
tugas.
2) Menyelesaikan
tugas.
Kegiatan
Mengamati
aliran udara, membuat alat ukur kecepatan udara dan menggunakan alat ukur yang
dibuat untuk mengukur kecepatan aliran udara.
Fase dua.
1) Mendiskusikan
hasil pembuatan alat ukur.
2) Menggunakan
alat ukur untuk mengukur kecepatan aliran udara dan kecepatan aliran air di
alam terbuka, kecepatan aliran angin dari kipas angin, dan kecepatan aliran air
di kran
3) Mempresentasikan
hasil
Kegiatan
1) Membuat
alat ukur kecepatan udara dari bahan sederhana dan menentukan berapa besar
alairan kecepatan udara di alam terbuka dan menghitung kecepatan aliran udara
yang di hasilkan oleh kipas angin.
2) Menganalisis
fungsi alat dan dan kemampuan alat yang di buat dapat dapat di gunakan untuk
mengukur kecepatan aliran udara, aliran air dan batas kemampuan alat untuk
dapat digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara di alam terbuka,
kecepatan aliran air di sungai dan mengukur kecepatan aliran udara dari kipas
angin dan kecepatan aliran air dari kran air di rumah.
3) Mempresentasikan
hasil yang diperoleh.
b)
Prinsip
Reaksi
Pemimpin penjaga anggota kelompok rentan
terhadap over pertukaran kepada seluruh kelompok. Namun, secara umum membantu
individu mendapatkan wawasan ke dalam perilaku mereka sendiri dan mengembangkan
alat konseptual untuk menggambarkan perilaku mereka.
Pekerjaan pemimpin utama untuk menjaga
keterbukaan setiap saat. Dia mencoba untuk berkomunikasi dengan keterusterangan
dan kejujuran dan eksplorasi tanpa hambatan perasaan seseorang dan reaksi.
Pemimpin waspada terhadap kedua ungkapan verbal dan nonverbal dari perasaan.
Fasilitator juga waspada terhadap penggunaan bahasa, terutama ketika
mengungkapkan kurangnya tanggung jawab, intelektualisasi, dan menghindari
perasaan.
c)
Sistem
Sosial
Kelompok Encounter benar-benar sebuah
pertemuan sosial yang semua tergantung pada iklim sosial yang
dihasilkan-kemauan untuk mengeksplorasi diri sendiri; rasa tanggung jawab dalam
membantu orang lain untuk mengeksplorasi diri mereka sendiri, keterbukaan untuk
berinteraksi atas masalah. sebuah perhatian atas kebutuhan sendiri untuk
pertumbuhan. Pengakuan atas kebutuhan bersama untuk bekerja sama bagi seseorang
sebagai individu dan kelompok.
d)
Sistem
Pendukung
Untuk model ini pemimpin perlu akses
terhadap berbagai permainan eksplorasi yang berhubungan dengan bidang
interpersonal inklusi, kontrol, dan kasih sayang. Dia juga membutuhkan
kompetensi dalam mengenali perasaan (dan menghindari perasaan) dan dalam
memfasilitasi lingkungan.
4.
Model
Pembelajaran Pertemuan Kelas (Classroom Meeting Model)
William Glasser sebagai tokoh model
Pertemuan Kelas ini bertolak dari pandangan psikologis, yang berasurnsi bahwa
kekacauan psikologis yang dialami seseorang karena adanya campur tangan budaya
atas kebutuhan vital biologis manusia berupa sex dan aggression. Kebutuhan kebutuhan vital psikologis manusia yang
paling esensial ialah mencintai dan dicintai. Ketidakpuasan dalam hal cinta ini
menimbulkan ber bagai sindrom seperti gejala takut tanpa alasan, depresi, dan
sebagainya. Di dalam kelas cinta itu menjelma dalam bentuk tanggung jawab
sosial, yaitu suatu tanggung jawab untuk membantu individu-individu lainnya. Tanggung
jawab ini akan membawa kepada suatu penilaian diri sendiri dan merasakan
sebagai pribadi yang capable.
Pendidikan dalam hal ini ialah
pendidikan akan tanggung jawab sosial. Pendidikan untuk tanggung jawab sosial
ini mencakup berpikir, pernecahan masalah, dan pengambilan keputusan baik
sebagai individu maupun kelompok tentang pokok-pokok yang berkaitan dengan
siswa itu. menurut Glasser terdapat 3 (tiga) tipe perternuan kelas itu yakni
sebagai berikut: (1) perternuan pemecahan masalah, (2) pertemuan open-ended,
(3) perternuan diagnosis pendidikan.
Ketiga tipe tersebut di atas masing-masing berbeda fokusnya. tipe
pertemuan pernecahan masalah menyangkut diri sendiri dengan masalah tingkahlaku
dan masalah social, tetapi dapat pula mengenai persahabatan, kesendirian dan
pilihan jurusan.
a)
Sintaks
Tahap
Pertama : Membangun iklim keterlibatan
1) Mendorong
peserta didik untuk berpartisipasi, dan berbicara
2) Berbagai
pendapat tanpa saling menyalahkan atau menilai
Tahap
Kedua : Menyajikan masalah untuk
didiskusikan
1) Peserta
didik dan guru membawa isu atau masalah
2) Memaparkan
masalah secara utuh
3) Mengidentifikasi
akibat yang mungkin timbul
4) Mengidentifikasi
norma sosial.
Tahap
Ketiga : Membuat keputusan nilai personal
1) Mengidentifikasi
nilai yang ada di balik masalah prilaku dan norma sosial
2) Peserta
didik membuat kajian personal tentang norma yang harus diikuti
Tahap
Keempat : Mengidentifikasi pilihan tindakan
1) Peserta
didik mendiskusikan berbagai pilihan atau alterbatif prilaku
2) Peserta
didik bersepakat tentang pilihan yang ditentukannya itu.
Tahap
Kelima : Membuat komentar
1) Peserta
didik membuat komentar atau tanggapan secara umum tentang prilaku pilihan
Tahap
Keenam : Tindak lanjut prilaku
1) Peserta
didik menguji efektifitas dari komitmen dan prilaku baru itu, setelah periode
tertentu
b)
Prinsip
Reaksi
Reaksi guru bersumber pada 3 (tiga)
prinsip yaitu: (a) prinsip keterlibatan, (b) pembelajar tidak memberi penilaian
dan (c) pembelajar mengidentifikasikan, memilih dan mengikuti
alternative-alternatif studi tingkah laku
c)
Sistem
Sosial
Sistem sosial dalam model pembelajaran
ini diorganisasikan secara terstruktur sedang, Guru memiliki tanggung jawab
untuk memimpin dan membimbing peserta didik agar dapat berinteraksi dengan baik
dalam berdiskusi kelompok, namun dalam model pembelajaran pertemuan kelas ini
diharapkan peserta didik memiliki inisiatif dan lebih kreatif dalam memilih
topik diskusi. Siswa dituntut untuk mandiri dalam mengambil keputusan moral
pada dirinya sendiri sehingga dapat menemukan jalan keluar sendiri yang sesuai dengan norma-norma yang
ada dengan bimbingan guru pembimbing.
d)
Sistem
Pendukung
Sistem Pendukung yang diperlukan untuk
melaksanakan model ini ialah guru yang memiliki kepribadian yang hangat,
menyenangkan dan memiliki ketrampilan
dalam mengelola hubungan antar individu maupun kelompok. Sehingga
peserta didik merasa nyaman dan mampu mengungkapkan apa yang ada dipikirannya
secara terbuka dan tidak pasif dalam berkelompok dan juga guru harus mampu
membimbing kelompok menuju ke penilaian perilaku serta komitmen untuk menjadi
lebih baik lagi.
Komentar
Posting Komentar